Dengan membaca kitab Ayub, maka kita diperkenalkan dengan seseorang yang hidupnya saleh, takut akan Tuhan, dan menjauhi kejahatan. Dialah Ayub yang berasal dari tanah Uz, yang dipercayai hidup sezaman dengan Abraham. Ketika kita membaca kitab Ayub, maka penekanan kita pasti pada penderitaanya, integritasnya, komitmenya kepada Allah. Inilah yang membawa penghiburan dan pengharapan yang besar kepada banyak orang di sepanjang masa yang menghadapi pencobaan dan kesulitan hidup.
Kita tahu bahwa Tuhan telah mengizinkan setan untuk menyerang Ayub, Ayub kehilangan 10 anak yang dikasihi, kehilangan semua kekayaanya, bahkan istrinya sendiri mengutuki, bukan hanya itu saja, Ayub kehilangan kesehatannya. Dari perspektif luar, Ayub telah kehilangan semuanya, lengkap pendeitaanya, — hidupnya hancur berantakan, tidak ada yang bisa diharapkan lagi. Saya yakin Ayub bertanya-tanya mengapa semua ini menimpanya. Belum lagi sahabat sahabatnya yang seharusnya datang untuk menghibur, malah mengecam dan berusaha meyakinkan Ayub, bahwa dosa Ayublah yang membawa penderitaan dan kesakitan. Ayub harus bertobat dan kembali kepada Tuhan kata sahabat sahabatnya.
Tentu ada banyak hal yang Ayub tidak pahami dengan penderitaan ini, namun satu hal yang Ayub tahu, bahwa penebusku hidup, ini pengakuan Ayub. Ayub mengenal Penebusnya, ayat 25a, Tetapi aku tahu: Penebusku hidup. Bagaimana Ayub bisa memiliki pengakuan iman seperti ini?
Dia punya hubungan pribadi dengan Tuhan. Dia berjalan bersama Tuhan, dia menghormati dan melayani Tuhan setiap hari. Ayub telah kehilangan banyak hal yang berkaitan dengan kehidupan fisiknya, tetapi dia tidak kehilangan hubungannya dengan Tuhan. Ayub yang mengenal Penebusnya, dan Penebus pun mengenal Ayub. Ayub 1: 8, Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." Allah mengenal Ayub sebagai orang yang saleh, jujur, dan takut akan Allah. Sebaliknya Ayub mengenal Allah bukan hanya saat ia sukses, berhasil, dan diberkati. Ayub juga mengenal Allah ketika ia mengalami penderitaan dan keterpurukan hidup. Ia berani berkata Penebusku hidup. Ayub telah kehilangan semuanya, namun Ayub tidak kehilangan arah hidupnya.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita mempunyai komitmen seperti Ayub? Apakah kita masih mengenal Allah? Saat penderitaan datang, saat mengalami kesulitan, ketika menghadapi jalan buntu, ketika hidup tanpa kepastian dan tidak ada harapan, bisakah kita tetap mengenal Allah? Bersyukurlah ketika pergumulan datang karena disitulah kita bisa mengenal siapakah diri kita, apakah kita masih percaya Allah atau tidak.
Salah satu aspek yang paling menggembirakan dari pengalaman Ayub ini adalah, Ayub percaya Penebusnya hidup. Ayub bukan hanya berbicara untuk pribadinya saat itu, tetapi ia melihat jauh ke depan bahwa Allah konsisten dalam rencana- penebusan untuk manusia. Secara tidak langsung Ayub memberitahukan tentang peran Juruselamat dalam rencana penebusan sebelum Yesus menggenapi rencana itu di kayu salib. Yang menguatkan kita adalah bahwa rencana penebusan Tuhan tidak berubah sepanjang waktu dari zaman Ayub sampai Tuhan Yesus. Ayub tidak tahu nama penebus, tetapi dia tahu misi penebus.
Yesus sebagai penebus kita, Dia memiliki misi penebusan dosa manusia, Dia tidak berdosa dijadikan berdosa, dituduh bersalah walaupun tidak melakukan kejahatan. Dia dicambuk dan dipukul tanpa belas kasihan, disalibkan dan mati. Yesus menanggung semua itu untuk saudara dan saya. Dia rela mati menggantikan kita, menanggung dosa dan penghakiman yang pantas kita terima. Dia menyerahkan nyawa-Nya untuk menjadi penebus kita. Sampai mati-Nya pun di kuburan pinjaman, namun kematian tidak bisa menahan-Nya. Yesus hidup, penebus kita hidup! Yesus tampil dengan kemenangan atas kematian, dosa, dan neraka. Dia telah mengalahkan maut dan bangkit dan hidup Dia menang atas maut. Dia naik ke sorga, duduk disebelah kanan Allah Bapa dan menjadi pembela kita. Sehingga kita juga berani berkata, penebusku hidup.
Siapa penebus kita? Tuhan Yesus. Siapa Dia Tuhan Allah kita, Dia lebih dari penderitaan kita, Dia lebih dari pergumulan hidup kita, kesulitan kita, kebutuhan kita, tantangan tantangan hidup kita. Selama kita hidup di dunia ini pasti kita menghadapi banyak hal, jangan menyerah Penebus kita hidup! Dia mengerti, Dia peduli, Dia mampu menyediakan setiap kebutuhan yang kita hadapi. Karena Tuhan kita hidup, karena Dia hidup, maka kita juga pasti hidup. Kita mengenal Tuhan, dan Dia mengenal kita. Dia memperhatikan kita! Yohanes 10:14, Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku. 2 Tim 2:19a, Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya.
Ayat 25b, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. Dalam bahasa aslinya dan versi bahasa inggris, Ia akan berdiri diatas bumi. Kita tahu dengan pasti bahwa Ayub hidup bertahun-tahun sebelum kedatangan Kristus yang pertama. Dia hidup sebelum Yesus mati di kayu salib untuk menebus dosa kita. Namun, Ayub hidup dengan kepastian bahwa Tuhan akan datang dan berdiri di atas bumi. Ayub mengalami kehidupan yang sulit dan kehilangan banyak hal; namun harapannya tidak terbatas pada kehidupan ini saja. Dia melihat ke depan dengan iman bahwa Tuhan akan datang dalam kebenaran, memulihkan apa yang telah hilang akibat dosa, Ia menegakkan orang percaya. Ayub mengungkapkan harapan dan jaminan bahwa penebusnya akan berdiri diatas bumi.
Kita juga bersukacita mengetahui Tuhan kita akan datang kembali. Dia datang pertama kali sebagai korban untuk dosa kita. Dia akan datang kembali sebagai Tuhan dan Hakim. Ini yang menjadi pengharapan kita. Dan biarlah ini menjadi kerinduan kita setiap saat, kapan Yesus datang kembali mengangkat kita? Kita memiliki kepastian bahwa Tuhan kita akan datang kembali menjemput kita yang telah diselamatkan oleh kasih karunia-Nya! Yohanes 14: 3, dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.
Mari kita lanjutkan Ayat 26-27, Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan melihat Allah, yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu.
Ayub tahu ada Kehidupan setelah Kematian. Meskipun Ayub hidup lama sebelum Kristus datang, namun dia memiliki harapan dan jaminan hidup setelah kematian. Dia yakin bahwa dia akan berdiri di hadirat Tuhan, sang penebusnya. Ayub tahu bahwa hidup ini singkat dan kematian pasti. Dia tahu bahwa tubuhnya kembali menjadi debu tanah, namun dia tahu ada kehidupan di dalam Tuhan. Dia tidak takut mati karena dia tahu dia akan memasuki hadirat Tuhan setelah kematian. Dia yakin bahwa Tuhan akan datang, dan dia akan menikmati hadirat Tuhan setelah kematian. Ayub tidak takut mati karena dia tahu dia aman di tangan Tuhan. Pernyataan Ayub ini memiliki arti yang mendalam di dalam Alkitab. Kalau seseorang takut akan kematian, maka ia takut akan semua hal.
1. Tubuh tidak permanen. Kita tahu itu. Hidup ini mengalami proses penuaan. Jika kita bisa bertahan hidup sampai 70 tahun, kita akan mengalaminya. Tubuh kita akan mengalami penuaan, tidak seperti dulu lagi. Kecantikan, kegantengan mulai memudar, pendengaran bermasalah, penglihatan menjadi kabur, tidur tidak nyenyak, tidak bisa bergerak secepat dulu. Rambut kita berubah warna, mulai rontok, dan masih banyak masalah yang lainya. Itu semua adalah bagian dari proses penuaan - karena kehidupan di bumi ini tidak permanen. Paulus berbicara tentang fakta ini dalam 2 Korintus 4:16 ketika dia berkata: Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.
Paulus dan Ayub tahu bahwa kehidupan di dunia ini tidaklah permanen namun mereka berdua memiliki harapan di masa depan.
2. Karena ada Penebus, ada kehidupan setelah kematian. Siapa itu Penebus? Itu adalah Pribadi yang membayar harga. Itu adalah Pribadi yang membebaskan dari perbudakan. Itu adalah Pribadi yang memulihkan banyak hal.
Tahukah saudara bahwa Tuhan tidak menghendaki seseorang mati? Dia tidak menghendaki siapapun menderita. Dia tidak menghendaki siapa pun menjadi lumpuh karena usia. Dosalah yang menyebabkan penderitaan dan kematian. Kita bersyukur karena Penebus kita hidup, maka ada kehidupan setelah kematian. Tuhan menjanjikan kehidupan kekal, dimana tidak ada lagi kematian, tidak ada lagi penyakit, tidak ada lagi pengaruh dari proses penuaan. Itu adalah tempat di mana segala sesuatu seperti yang diinginkan Tuhan. Wahyu 21: 4 mengatakan: Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.
Saudara, kematian itu pasti, tetapi bukan akhir dari keberadaan kita. Secara teologis, pemikiran Ayub benar tentang keberadaannya setelah kematian. Orang percaya akan melihat Tuhan; kita akan berdiri di hadirat-Nya sepanjang kekekalan. Tubuh daging tempat kita tinggal ini akan kembali ke debu tempat asalnya, tetapi kita akan menikmati kekekalan bersama dengan Tuhan kita.
Karena itu kenalilah penebusmu, jangan menyerah dengan penderitaan yang sementara di dunia ini, karena penderitaan ini tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima kelak di kerajaan Allah.
Comments