James Kosta adalah seorang Konsultan IT yang memperoleh $ 1.500 dolar setiap bulan pada usia 13 tahun. Dengan seorang pacar berusia 18 tahun, kantong penuh uang tunai dan banyak teman, dia mulai membolos sekolah dan keluar sampai larut malam. Kemudian orang tuanya memberinya ultimatum: Jika dia ingin hidup di bawah atap bersama mereka, dia harus patuh orangtua dan fokus pada sekolah. Kosta bereaksi karena uangnya banyak, ia mengupayakan hukum untuk kebebasan dirinya dan keluar dari hak asuh orang tuanya.
Tak lama kemudian, keterampilan Komputer Kosta menarik perhatian para peretas. Bersama-sama mereka meretas Jaringan Komputer utama seperti General Electric dan IBM. Pada usia 14 tahun, dia ditangkap oleh FBI. Secara teknis dia bukanlah anak-anak karena tidak lagi di bawah asuhan orangtuanya. Jadi FBI mendakwanya sebagai orang dewasa dan dijatuhi hukuman penjara selama 45 tahun.
Namun, sang Hakim ingin memberinya kesempatan kedua. Dia memerintahkan agar Kosta dikirim ke pusat penahanan anak-anak, dengan syarat dia tidak akan melakukan kejahatan lain. Akhirnya Kosta dibebaskan setelah setahun dan kemudian dia direkrut oleh Angkatan Darat AS, Angkatan Laut, serta CIA untuk membantu mereka melacak kejahatan IT di seluruh dunia. Pada akhirnya, James Kosta berhasil memegang perusahaan pengembang game bernilai jutaan dolar yang dikenal sebagai 3G Studios. Sebagian besar perusahaannya berfokus pada pendampingan remaja untuk remaja bermasalah. Kosta tidak akan menjadi dirinya yang sekarang jika bukan karena Hakim yang memberinya kesempatan kedua. Melihat cerita James Kosta, saya teringat tentang cerita anak yang terhilang. Nah sekarang kita akan masuk ke bagian ini.
Tuhan Yesus sedang memakai cerita yang sangat familiar bagi orang Israel, Tuhan Yesus bukan sekedar menceritakan ulang, tetapi Dia memakai komponen-komponen sejarah masa lalu nenek moyang mereka yang di redefinisi dan memberikan tujuan yang baru. Waktu Tuhan Yesus menceritakan tentang perumpamaan anak yang hilang, ini sedang di dalam konteks ayat 1-3, jadi target pendengar awal dari perumpamaan ini adalah anak yang sulung, yaitu orang Farisi dan ahli Taurat yang merasa lebih benar, lebih suci. Fokus dari cerita ini bukan hanya si bungsu saja tetapi juga tentang anak yang sulung, tetapi saya akan fokus pada anak yang bungsu saja untuk minggu ini.
Tuhan Yesus memakai cerita ini untuk memberikan defenisi baru tentang dosa, apa itu dosa? Apa itu keselamatan? Apa itu pertobatan? Apa itu sukacita, melalui cerita-cerita ini?
Waktu mendengar tentang dosa, mereka teringat cerita tentang Yakub, apa sih dosa Yakub? Dosa Yakub itu menipu ayahnya, merampas hak kesulungan kakaknya, lalu ia pergi. Tetapi yang dilakukan anak bungsu ini bukan menipu, lalu apa dosa anak bungsu ini?
Dosanya adalah menginginkan papanya mati, si anak bungsu tidak sabar menunggu papanya mati, lalu meminta bagian warisannya sekarang juga. Jadi sebenarnya itulah jeritan hati orang berdosa, anak yang bungsu itu ingin berkatnya Tuhan, ingin berkat bapaknya, tetapi tidak ingin pribadi bapaknya, dan itulah yang seringkali dijeritkan oleh orang berdosa. Orang berdosa itu mau berkat Tuhan, tetapi tidak mau Tuhan, kalau ikut Tuhan itu kan harus taat, setia, baca alkitab, saat teduh, doa dst., tidak boleh melakukan ini dan itu, hidup dalam pertobatan, waah susah ikut Tuhan, tapi saya mau berkat-Nya saja, kesehatan, kekayaan dll. Jadi sebenarnya jeritan orang berdosa adalah hidup ini lebih enak tanpa Engkau, tanpa ada yang menekan kami, bisa bebas sebebas-bebasnya, mengikuti apa kata hatiku, tetapi jeritan itu tidak pernah keluar. Sampai ada satu orang filsuf modern yang berani berkata, God is dead, saya sudah membunuh Tuhan di dalam pikiranku, sekarang tidak perlu lagi kristen, kristen tidak lagi menjadi absolut moral dan sekarang kitalah yang menentukan hidup kita.
Yang dilakukan anak yang bungsu adalah mengambil semua hartanya dan pergi, kalau Yakub harus pergi itu terpaksa, karena sudah diancam oleh Esau, tapi anak bungsu ini pergi dengan rela hati, pergi ke negeri yang jauh dan putus hubungan dengan ayahnya, di sini Yesus sekaligus ingin memberikan satu definisi, dosa adalah putus hubungan antara pendosa dengan Allah Bapa. Waktu Adam memberontak terhadap Tuhan, Adam harus pergi, diusir keluar dari taman Eden, tetapi anak bungsu ini tidak diusir, tidak ada ancaman, saya mau pergi sejauh-jauhnya dari Tuhan, saya tidak mau ada hubungan dengan Engkau Tuhan, seperti seorang kristen yang sudah tidak mau ke gereja, alkitab sudah dibuang, semua yang berkaitan dengan orang kristen dibuang, sama sekali tidak ada hubungan lagi dengan gereja.
Dikatakan dalam ayat 13, ia menjual seluruh bagianya, harta pada zaman itu adalah tanah yang luas dan ternak yang banyak, bagaimana anak bungsu ini menjual tanahnya? Karena dalam tradisi Yahudi, tanah itu diwariskan turun temurun, tidak boleh membeli tanah sesama Yahudi, kemungkinan besar si bungsu menjual tanah ini kepada orang kafir dan ini adalah pelanggaran Taurat yang berat, tetapi dia tetap jual dan pergi ke negeri yang jauh supaya tidak bisa dicari.
Hukuman Tuhan kalau Israel menyembah allah lain, Tuhan akan mengirimkan kelaparan dll, sampai mereka minta ampun, tapi hukuman yang paling berat adalah pembuangan ke Babel, dibuang ke negeri yang jauh, exile, di sini anak bungsu ini tidak perlu dihukum, dia membuang dirinya sendiri ke negeri yang jauh. Ini gambaran manusia yang terbuang dari Allah akibat dosa, rusaknya gambar dan rupa Allah di dalam diri manusia, dosa bukan sekedar putus hubungan dengan Tuhan, tetapi dalam diri kita sendiri mulai terjadi pembusukan dan penurunan eksistensi kita sebagai manusia. Dan dalam cerita ini, anak bungsu ini makan bersama dengan babi, bukan hanya itu, turun dari level manusia ke level binatang, itu rendah sekali, sudah tidak ada harga diri sama sekali, mau makan makanan babi saja tidak bisa.
Dalam tradisi Yahudi penjaga babi adalah pekerjaan paling hina karena babi itu najis buat mereka, ini pekerjaan yang paling rendah, dia menuai apa yang sudah dia tabur. Ini cara Tuhan, Dia selalu memakai tempat yang kosong, sekosong-kosongnya, Tuhan tidak bisa memakai hati yang penuh dengan kenajisan, kesombongan dll. Hati harus dikosongkan dulu agar Tuhan mengisinya dengan kasih. Manusia berdosa harus dikosongkan sekosong-kosongnya baru dia sadar bahwa dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Yesus juga memberikan redefinisi tentang pertobatan, kita berpikir bahwa si anak bungsu itu bertobat pada saat makan makanan babi, tercelik matanya, coba kita perhatikan, apa yang jadi motivasi si bungsu itu mau kembali? Kita lihat ayat 17, kelaparan, dia ingin kembali bukan untuk minta maaf kepada bapak, karena sudah menyakiti hati bapaknya, bukan itu, jadi ini bukan momen pertobatannya.
Dia masih ingin kembali dengan motivasi seperti tertulis dalam ayat 18-19, dia kembali dengan motivasi bahwa dia akan bekerja, mengumpulkan uang dan akan membayar balik apa yang sudah dia habiskan, jadi dia tidak mengharapkan anugerah, dia datang kembali dengan mengharapkan salvation by work, saya akan berusaha dengan sekuat tenagaku.
Dalam alkitab dikatakan, orang berdosa itu sudah kehilangan kemuliaan Allah, apakah orang berdosa bisa kembali membayar kemuliaan Allah? Tidak bisa. Penyesalan itu berbeda dengan pertobatan, kalau penyesalan hanya menyesali apa yang sudah dia lakukan, fokusnya adalah kepada saya, saya sekarang lapar, saya sekarang merasa bersalah. Waktu kita berdosa juga kita bisa tahu, apa yang memotivasi kita, apakah kita betul-betul bertobat atau kita hanya sekedar menyesal dan ini dua hal yang berbeda, tapi mirip, ini bisa dibedakan. Ketika kita berbuat dosa, kita dihakimi oleh hati nurani karena berdosa, kita akan menyesal, jadi menyesal karena perasaannya tidak enak, karena kita dihakimi.
Sedangkan pertobatan adalah pertama-tama berpikir kepada bapa, “bapa, saya sudah menikam hati bapak, saya menyakiti hati bapa, saya sudah bersalah,” itulah yang membuat kita harus semakin sensitif, apakah kita menyakiti hati Bapa atau kita hanya sekedar care seperti anak bungsu ini? Kedua, pertobatan adalah mengakui ketidaklayakan, mengakui kita totally helpless, si Yakub dan si bungsu enggan balik ke rumah mereka, karena mereka fell helpless, si Yakub membawa harta bendanya untuk membeli pengampunan dari Esau, tetapi dia kaget ketika Esau mendatangi Yakub, dia tidak datang dengan pedang, tetapi dengan berlari memeluk dan mencium Yakub. Si bungsu juga sama, dia tahu, dia tidak layak lagi disebut anak, dia totally helpless, tapi sama dia juga mendapatkan anugerah yang mengagetkan lagi, ternyata sang bapak berlari mendapatkan dia di luar, memeluk dia dan mencium dia.
Kalau kita melihat konteks pada zaman itu, yang mengagetkan bukan pelukan dan ciumannya, tapi bapak berlari mendapatkan dia, bapak yang penuh kasih ini menunjukkan sebagaimana extend untuk menerima pendosa yang kembali. Pada zaman itu seorang tuan yang terhormat tidak akan berlari, harus jalan dengan anggun, karena memakai pakaian panjang, kalau mau lari pakaian harus diangkat, itu sangat memalukan, tetapi inilah cinta kasih bapak yang ingin anaknya kembali.
Jadi dimanakah si bungsu mulai sadar, mulai bertobat? Ketika dia sadar bahwa bapaknya berlari memeluknya, dia tidak menyangka akan menerima anugerah besar ini. Keselamatan adalah menerima anugerah Tuhan, keselamatan bukan tentang apa yang harus kita lakukan, keselamatan adalah apa yang Kristus sudah lakukan bagi kita.
Oleh karena itu ketika si bapak ini memeluk, respon si anak adalah seperti tertulis dalam ayat 21, Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Stop di situ karena dia sadar tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menerima semua ini. Salvation is not by work, salvation is by grace, Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Efesus 2:8-9. Dan inilah yang diterima oleh si anak bungsu, si anak saat itu sadar, dia mau coba bayar balik kepada Tuhan, bukan itu jalan keselamatan, jalan keselamatan adalah hanya menerima apa yang Kristus sudah lakukan kepada kita dan kita hanya bisa terima, tidak ada yang bisa kita lakukan untuk membuat kita bisa diterima.
Dan pertobatan adalah menerima kasih Allah, diubahkan oleh kasih Allah, ketika si anak bungsu ini diselamatkan dia mendapatkan hal yang tertulis dalam ayat 22, Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Jubah melambangkan kemuliaan, anak yang hina ini sekarang berjubahkan kemuliaan lagi, cincin melambangkan otoritas, kalau sepatu, bahwa hanya tuan tanah dan anaknya yang pakai sepatu di rumah, semua hamba tidak pakai sepatu.
Kasih Bapa itu lengkap, Dia memberikan status sebagai anak, Dia memberikan otoritas, Dia memberikan kemuliaanNya kembali kepada orang berdosa yang kembali kepada Tuhan dan bukan hanya itu, sang bapak menyembelih anak lembu tambun (ayat 23), lembu tambun disembelih berarti ada acara khusus, seluruh rakyat diundang, anakku telah kembali (ayat 24).
Comments