top of page
Search
Writer's pictureGereja SIS

KONFLIK DITENGAH BERKAT (Kej 13:8-9)


Abram atau Abraham dan Lot menggambarakan tentang dua karakter orang percaya, Lot adalah karakter manusia yang opsesinya mencari berkat, sedangkan Abraham, menggambarkan orang orang yang hidupnya diikuti oleh berkat. Dalam pasal 12, Abraham dipanggil oleh Tuhan untuk keluar dari sanak keluarganya menuju tanah yang dijanjikan Tuhan yaitu tanah Kanaan. Panggilan Tuhan ini plus berkat yang akan Abraham terima, yaitu menjadi bangsa yang besar, namanya masyur, dan menjadi berkat bagi semua bangsa. Kej 12:4, Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran. Tetapi apa yang terjadi ketika mereka tiba di tanah Kanaan? Terjadi kelaparan yang hebat. Mungkin kita bertanya, bukankah Tuhan yang panggil? Mengapa Abraham mengalami kesulitan? Mengikut Tuhan bukan berarti kita bebas dari kesulitan, bukan berarti kita tidak mengalami kelaparan, Tuhan izinkan terjadi supaya kita semakin mengenal Tuhan dan kuasan-Nya. Akhirnya Abraham pergi ke Mesir untuk menghindari kelaparan. Tidak disebutkan berapa lama Abraham di Mesir, yang jelas kelaparan sudah berlalu.

Dalam pasal 13 ini, diceritakan mereka sampai di Kanaan, kembali ke tananh Kanaan, setelah mereka mengungsi ke tanah Mesir. Ada yang berbeda dengan Abraham dan Lot, sekarang mereka punya banyak harta, secara mayoritas hartanya berbentuk ternak.


Semakin seseorang punya banyak ternak, dia perlu banyak gembala, perlu kemah-kemah, sumur dan sebagainya bagi para gembala; intinya perlu tanah yang lebih luas lagi. Di zaman itu peluang seseorang untuk terus bertambah hartanya, tergantung pada tanah yang bisa dia miliki; mereka sudah mentok, tidak bisa berkembang lagi hartanya, karena tanah penggembalaan terlalu sempit, sehingga menimbulkan konflik dan pertengkaran diantara gembala ternak Abraham dan Lot. Krisis yang dihadapi Abram dan Lot bukanlah sesuatu yang terjadi dalam semalam. Ini adalah krisis yang berkembang dari waktu ke waktu, seiring dengan berkat yang mulai bertambah.


Oleh sebab itu di bagian ini ada pilihan yang harus diambil oleh mereka, mereka harus berpisah dan pindah ke tanah yang lebih luas, baru harta mereka bisa bertambah. Kemudian Abraham membawa Lot naik ke satu tempat di antara Betel dan Ai. Secara geografis itu adalah tempat yang cukup tinggi, untuk bisa melihat jauh ke depan, daerah-daerah yang kering dan gersang, tapi juga satu lembah Sungai Yordan yang sekelilingnya terlihat hijau, ada air, rumput-rumputan, dsb. Lalu Abraham berkata kepada Lot, jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri ayat 9. Lot melayangkan pandangannya, dan tentu saja dia langsung melihat tempat yang paling bagus itu, satu-satunya tempat yang ada kemungkinan bisa melipat gandakan omzetnya.


Alkitab kemudian mengatakan bahwa Lot akhirnya pindah ke sana dan berkemah dekat Sodom –kita tahu belakangan dia betul-betul masuk ke kota Sodom. Di bagian ini kita seringkali berpikir inilah problemnya Lot, bahwa saking mengejar harta, Lot mulai main dekat-dekat api, dan akhirnya terbakar. Tapi itu bukan signifikansi utama teks ini. Perlu diketahui, batas Tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan adalah kota Sodom; maka waktu dikatakan Lot berkemah dekat Sodom, signifikansinya bukanlah soal Lot berkemah dekat kota yang jahat melainkan Lot menempatkan dirinya di pinggir dari janji Tuhan. Janji Tuhan hanya sampai Tanah Kanaan, tapi ini tempat yang sudah di pinggirannya, dan belakangan dia betul-betul melangkah keluar dari situ. Jadi signifikansi problem Lot, fokusnya bukan dia “main api”, melainkan tentang Sodom sebagai batasannya, bahwa dia berkemah dekat Sodom, keluar dari janji Tuhan, dan akhirnya betul-betul dia keluar. Memamg janji Tuhan itu hanya untuk Abraham, saya berpikir kalau Lot masih dekat dekat dengan Abraham, dia juga akan menikmati janji Tuhan karena Abraham.

Lot punya ambisi akan uang dan harta yang begitu tinggi, sampai-sampai uang, harta, dan kemakmuran itu lebih penting daripada memegang janji Tuhan – Lot mengejar berkat.


Apa sebenarnya janji Tuhan dan panggilan Tuhan kepada Abraham? Yaitu dia disuruh keluar; keluar dari tempat yang sudah nyaman, yaitu Ur kasdim, tempat yang jelas-jelas didiami banyak orang sehingga banyak fasilitas. Tuhan memanggil Abraham ke tempat yang gersang, yang tidak banyak didiami orang. Lalu setelah keluar dari tempat yang nyaman dan masuk ke tempat yang tidak nyaman ini, Tuhan berkata, “tunggu Aku di sana, Aku akan memberkati kamu.” Ini janji yang tidak masuk akal. Lot ketika memutuskan untuk ikut dengan Abraham ke tempat yang tidak masuk akal ini, seharusnya ia mengikuti janji Tuhan. Tetapi ketika diperhadapkan dengan kemakmuran dan harta, Lot memilih harta dibandingkan bertahan dalam batasan janji Tuhan. Perhatuikan ayat 10, Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. Lot memilih yang masuk akal., memilih berdasarkan apa yang dia lihat.


Di ayat 10 ini, Robert Alter, seorang ahli narasi Yahudi, mengatakan bahwa “Lot melayangkan pandangannya lalu melihat,” Lot melihat Lembah Yordan itu seperti taman Tuhan, seperti taman Eden. Lot melihat Lembah Yordan bukan hanya ingin menjadi kaya, dia terobsesi untuk semakin kaya dan kaya. Taman Eden memberi gambaran keindahan tapi juga pencobaan; itulah tema taman Eden. Dari sini kita bisa merefleksikan satu hal, bahwa problem Lot sepertinya bukan hanya mengejar harta, Lot bukan hanya menginginkan kekayaan; kekayaan bukanlah problem Lot, problem Lot adalah dia menaruh harapannya pada berkat. Lot menempatkan hatinya di kekayaan, sedemikian rupa sampai dia percaya bahwa mendapatkan kekayaan akan membuat hidupnya lengkap, utuh, sukacita, damai, kepuasanya terpenuhi. Problemnya bukan pada kekayaan itu sendiri, melainkan bahwa Lot menaruh hatinya di sesuatu yang bukan Tuhan, dan menempatkan hal itu di tempatnya Tuhan.


Itu sebabnya pesan Alkitab dalam bagian ini universal; kalaupun kita tidak kecanduan uang, bukan berarti bagian ini tidak untuk kita. Ironisnya, ketika dalam hidup kita mengejar berkat, justru hidup kita akan kehilangan semuanya.


Semakin kita mengejar hal-hal yang sebenarnya bukan taman Eden, tapi kita kira taman Eden, itu justru membuat kita makin jauh dari taman Eden. Semakin mengejar arti hidup, semakin hidup itu meaningless. Semakin mengejar kepastian cinta, semakin jauh dari cinta. Semakin mengejar fun dalam main game, semakin dipermainkan oleh game. Itulah ironisnya. Mengapa bisa seperti itu? Karena kita menempatkan beban yang terlalu berat, yang tidak terbatas, di atas sesuatu yang terbatas. Karena itu janganlah kita mengejar berkat, tetapi kejarlah yang memberi berkat.


Lot menginginkan Lembah Yordan karena seperti taman Tuhan, dan justru ketika dia berjalan ke sana, dirinya sedang meninggalkan janji Tuhan serta kehadiran Tuhan dalam hidupnya.


Berbeda dengan Abraham, ia adalah orang yang cepat mengenali masalah dan dia menanganinya dengan cara yang menyenangkan Tuhan. Saudara, Abraham mempunyai 3 relasi penting dalam hidupnya, yaitu: relasinya dengan Tuhan, relasinya dengan Lot, relasinya dengan hartanya. Namun ia harus mengorbankan salah satu dari relasi penting itu yaitu hartanya. Itulah sebabnya Abraham menyuruh Lot memilih lebih dulu, “jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri”. Abraham bukan orang bodoh, jadi tentunya dia juga sudah tahu Lot bakal pilih yang mana, tapi mengapa Abraham melakukan ini?

Karena Abraham memilih untuk mempertahankan relasinya dengan Tuhan –tidak keluar dari Kanaan—dan juga relasinya dengan Lot yang meskipun nanti berpisah tapi relasi mereka terjaga; yang Abraham korbankan adalah relasi dengan hartanya. Bagi kebanyakan orang itu sulit, bukankah banyak orang rela kehilangan saudara, keluarga karena uang atau harta? Bukankah banyak orang rela tidak beribadah, dan kehilangan relasi dengan Tuhan karena sibuk mengejar uang? Akar dari segala kejahatan adalah cinta akan uang, namun inilah pilihan yang Abraham ambil, mirip dengan the Golden Rule “kasihilah Tuhan Allahmu, kasihilah sesamamu.”


Bagi Abraham Allah adalah yang pertama, keluarga yang kedua, lalu uang yang terakhir. Ini pilihan yang sangat bijaksana karena di bagian ini disebutkan secara sepintas bahwa di situ tinggal suku Kanaan dan suku Feris, yang adalah suku-suku yang bisa menjadi musuh, sehingga sangat penting bagi Abraham untuk tetap berelasi dengan Lot. Mereka ini pendatang di negeri yang baru, mereka harus saling menolong. Ini terbukti di pasal 14, Abraham pergi berperang untuk menyelamatkan Lot. Jadi ini memang pilihan yang sangat bijaksana, namun Lot tidak berpikir sejauh itu.


Mengapa Abraham bisa mendapatkan kebijaksanaan seperti itu? Karena Abraham sadar akan panggilan Tuhan. Itu kuncinya. Saudara sebenarnya tidak perlu terlalu kaget dengan apa yang Abraham lakukan, kalau saudara benar-benar mengerti artinya dipanggil oleh Tuhan. Semua yang Abraham lakukan hanyalah konsekuensi logis dari seseorang yang dipanggil Tuhan.


Banyak orang mengatakan, panggilan Tuhan itu berarti ‘dulu saya hidup seperti itu, sekarang saya hidupnya ini, ‘dulu saya pakai kitab hukum yang seperti itu, sekarang saya ganti kitab hukum yang ini? Ada yang mengatakan, seseorang yang dipanggil Tuhan itu, dia mempunyai arah hidup yang berbeda, punya cara hidup yang berbeda, tapi itu bukan esensinya; dipanggil oleh Tuhan bukan berarti mendapat seperangkat peraturan baru dalam hidup kita. Dalam Ibrani 11: 8-10 , Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.


Panggilan Tuhan adalah mengganti pondasi. Pondasi kita adalah Tuhan Yesus Kristus 1Kor 3:11. Sehingga di dalam Dia Panggilan kita bukan mengejar berkat berkat jasmani atau rasa aman dan identitas diri. Tetapi panggilan kita adalah menjadikan kasih Tuhan, misi Tuhan, Kerajaan Tuhan, sebagai harta kita, sebagai kisah hidup kita, sebagai meaning of life kita.


Kalau Saudara melihat inilah arti panggilan yang sebenarnya, maka tidak heran Abraham bisa mendobrak semua kungkungan budaya dan pondasi hidup lamanya. Dia tidak terusik dengan urusan hartanya, dia tidak terjebak melakukan pilihan-pilihan yang tidak bijaksana demi kesuksesan jangka pendek, sebaliknya ia sadar inilah konsekuensi panggilan Tuhan itu.


Berbeda dengan Lot, Lot nampaknya memilih suatu tempat yang bisa menjadi berkat buatnya. Lot mengikuti berkat. Abraham berbeda, ia percaya kemanapun ia pergi Tuhan akan menyertai hidupnya dan memberkati. Itulah sebabnya tidak masalah bagi Abraham, kemanapun ia pergi, asal ada Tuhan maka itu sudah cukup. Sebab bersama dengan Tuhan hidupnya terpelihara.





Saudara bagaimana dengan keadaan kita? Apakah kita mengejar berkat? Apakah kita terobsesi dengan berkat berkat lahiriah? Kalau kita mempunyai karakter seperti ini, kita akan mudah terjebak dalam perangkap perangkap materi, kita akan tergantung pada keadaan dan mudah terombang ambing dengan kekuatiran. Pesan firman Tuhan bagi kita saat ini, yaitu percayalah kepada Tuhan sang pemberi berkat, Abraham percaya bahwa Tuhan sanggup memberkati hidupnya.


Demikian dengan hidup kita, kalau kita mau percaya sungguh sungguh kepada Tuhan, mengandalkan Tuhan dan tidak teropsesi dengan berkat berkat lahiriah yang sementara ini, maka berkat Tuhan akan mengikuti hidup saudara kemanapun saudara pergi.


Dalam mazmur 23:6, Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.


Inilah ciri orang percaya yang mengandalkan Tuhan, hidupnya akan diikuti oleh kebajikan dan kemurahan yang dari Tuhan, janganlah kita menjadi orang yang mengikuti berkat dan teropsesi dengan perkara materi, tetapi percayalah dan andalkanlah Tuhan. Tuhan adalah pemelihara kita berkat berkatnya yang sejati akan Dia limpahkan bagi saudara dimanapun saudara berada.


Kalau Tuhan dipihak kita, tidak ada yang perlu dikuatirkan karena Tuhan bersama kita, maka kita akan selalu merasa cukup. Tuhan akan mencukupkan segala perluan kita, Ia adalah Bapa yang baik, Dia adalah Tuhan yang peduli, Ia mengerti apa yang menjadi persoalan dan kebutuhan kebutuhan kita.


Dia adalah Firman Allah yang menjadi manusia, yaitu Tuhan Yesus Kristus, Ia gembala kita yang baik, Dia mengerti setiap pergumulan kita. Dan Dia memberikan kepada kita bukan hanya perkara rohani saja, tetapi juga perkara perkara jasmani selama kita hidup di dunia ini. Jangan takut, pandanglah kepada Tuhan yang memberi kehidupan dan yang memelihara kita semua.

1 view0 comments

Recent Posts

See All

Commentaires


bottom of page